Awalnya, kedatangan dia bukan bagian dari rencana. Tapi, tanpa sadar aku dibuat jatuh hati secara perlahan. Pasti.
Aku bersyukur bisa menyaksikan ia tumbuh, mempersiapkan kehidupannya. Aku mengamati tangannya, dulu kecil tak berdaya. Sekarang, tangan itu tetap mungil, namun ia sudah memiliki banyak fungsi: makan, memotong, memasang balok. Ia juga bisa meniru aktivitas orang dewasa. Bagaimana itu bisa terjadi?
Aku suka mengendus harum tubuhnya. Rambut, leher, dan ketiak yang beraroma masam itu bagaikan semerbak rumah nenek yang memberi rasa nyaman. Aku suka semua itu, termasuk bau air liurnya. Tapi, jangan bahas tentang tinja.
Tidak ada hari tanpa pelukan. Aku dekap tubuh kecilnya setiap pagi dan sore hari. Oh, tidak hanya itu. Sering kali aku mencuri kesempatan untuk menciumnya saat ia merengek untuk digendong. Aku juga selalu menahan diri untuk tidak meremas tubuhnya karena terlalu gemas. Maafkan aku, Sayang.
Dulu aku memang mengeluh karena waktu dan tenaga yang ia renggut. Sekarang, aku takut tidak bisa melepas genggaman tangannya. Aku tidak bisa membayangkan perpisahan dengannya yang tak mungkin terelakkan. Semua akan mati, bukan?
Agustus 2024
0 comments:
Post a Comment