3.09.2019

Pelarian Akhir Pekan ke Ungaran

Gunung Ungaran bisa jadi salah satu solusi untuk pelarian pada akhir pekan. Kenapa? Pendakian gunung ini termasuk lebih singkat bila dibandingkan gunung lainnya, sekitar lima jam —estimasi menggunakan carrier—dari base camp sampai puncak. Ketinggiannya pun mencapai 2.050 mdpl, lebih rendah dibandingkan gunung lainnya.

Saya dan rombongan berangkat dari Jakarta menggunakan Kereta Tawang Jaya nyaris tengah malam. Lama perjalanan yang ditempuh sekitar tujuh jam hingga tiba di Stasiun Semarang Poncol. Ah, betapa rindunya saya berada di dalam kereta dengan perjalanan yang cukup lama, meskipun punggung harus tegak selama terlelap.

Oh ya, awalnya saya sempat menduga destinasi perjalanan kali ini merupakan sebuah bukit, yang tentunya nggak perlu persiapan gono-gini. Jadi perjalanan ini saya lakukan tanpa persiapan fisik sama sekali. 

Padahal, Ungaran merupakan sebuah gunung. Ya yang namanya gunung, sejatinya tetap saja gunung. Jadi, jangan sesekali menganggap remeh gunung, apalagi seperti saya yang dasarnya jarang ke gunung..  
Dok. Ahmad Haidar
Kami tiba di Stasiun Semarang Poncol dan rehat sejenak di rumah temannya teman saya. Setelah mempersiapkan amunisi, kami memulai perjalanan menuju Stasiun Tawang. Dari situ, kami menggunakan TransJateng dan (seharusnya) turun di Pasar Bandungan. Karena kebablasan, kami turun di Terminal Bawen lalu dilanjutkan dengan angkot yang serupa elf menuju Polin. Perjalanan disambung dengan angkot yang kami sewa hingga base camp Ungaran.

Setiba di base camp, rintik hujan mulai membasahi Ungaran. Semesta sepertinya ingin membuat saya senang dengan memberikan pengalaman baru: mendaki saat hujan. Ya, ini merupakan pertama kalinya bagi saya. Bila tak hujan, saya tidak akan pernah tahu daya tahan rain cover yang saya bawa. Di sisi lain, saya harus rela mendapati buku di dalam tas yang terlanjur basah.

Untungnya, kami diberkahi jalur bonus dari base camp sampai pos 3. Selain itu, jalur ini juga menawarkan sumber mata air, tepatnya sebelum pos 2. Pendakian kami tempuh di tengah ritme hujan gerimis-reda-gerimis-reda. Beberapa kali kami juga menemukan pacet dalam pendakian ini.


Setelah memperhitungkan estimasi waktu, kami memutuskan bertenda di pos 4. Sesaat setelah tenda berhasil dibangun, ternyata hujan deras turun. Kami pun segera membersihkan diri dan makan malam, lalu dilanjutkan istirahat.


Summit Attack

Meski hujan turun semalaman, pagi hari di Ungaran tidak terlalu dingin. Namun, bebatuan terjal sudah siap menyambut kami. Pendakian dari pos 4 menuju puncak diwarnai dengan langkah kaki yang tinggi —lutut bertemu dengan perut—. Tak jarang, saya juga menggunakan bantuan tangan untuk menggapai bebatuan lainnya. Walau terdengar sulit, nyatanya banyak pendaki yang memilih bertenda di dekat puncak.

Setibanya di puncak, saya menemukan bayang-bayang tiga buah gunung, entah apa namanya. Bila dibandingkan gunung lain, memang pemandangannya tidak terlalu menawan. Namun tetap memikat bagi penduduk kota seperti saya.

Dok. Ahmad Haidar




Dok. Ahmad Haidar
Usai kembali dari puncak, kami bergegas merapikan tenda dan menuju base camp Mawar. Waktu yang tersisa tidaklah banyak. Kami harus tiba di Stasiun Semarang Poncol pada 13.00. 

Tapi entah bagaimana, kami justru berbelok melewati jalur turun yang berbeda. Kami melintasi perkebunan teh dan kopi pada perjalanan pulang. Meski menyenangkan, pendaki yang melalui jalur itu harus mengeluarkan biaya retribusi yang dihitung per kepala. Setelah disusuri, ternyata jalur perkebunan tersebut kembali bertemu dengan jalur menuju base camp Mawar.

Setelah sampai di base camp, tidak ada kesempatan bagi kami untuk membersihkan diri. Kami memilih naik ojek menuju jalan raya, kemudian disambung angkot carter hingga Stasiun Semarang Poncol. 

Pelarian akhir pekan ini memang terbilang singkat. Namun, perjalanan ini akan menjadi cukup untuk melupakan sejenak kehidupan ibu kota. Gunung Ungaran juga memberikan pelajaran, pengalaman, dan teman-teman baru yang menyenangkan.

Cheers!

Full team: Kak Denny, Karin, Kak Fadhil, Kak Felix, Kak Anas, Kak Rizal, Kak Hai










Rincian biaya (tanpa makan)
23-24 Februari 2019

Kereta Tawang Jaya PP : Rp300.000

TransJateng (tas dihitung 3)  : Rp3.500/orang 

Angkot elf terminal—Polin  : Rp3.500/orang

Angkot carter Polin—Mawar : Rp200.000

Tiket masuk basecamp : Rp5.000/orang

Tiket pendakian : Rp5.000/orang

Sewa tenda dan matras : Rp150.000

Retribusi kebun teh Sekendil : Rp5.000/orang

Ojek base camp—pasar (7 orang) : Rp150.000

Angkot Ungaran—Stasiun Poncol : Rp250.000