Baru kali ini saya merasakan berada dalam sebuah pesawat, namun cukup lama.
Saya bertolak dari Jakarta menuju Maluku Tenggara, tepatnya Pulau Kei. Sedikit membosankan memang, menempuh perjalanan selama 7 jam. Apalagi, perjalanan yang seharusnya ditempuh berdua dengan kawan saya, Hanung , terpisahkan oleh waktu penerbangan yang berbeda. Ini murni kesilapan kami saat memesan tiket.
Tapi, saya menikmati setiap detik berada di ketinggian. Mengamati secuil semesta yang tersingkap dari balik jendela pesawat, bagi saya tidak pernah menjemukan. Bila perlu, saya akan menutup novel di tangan, mematikan layar TV, menahan kantuk, lalu mengamati hamparan dari pesawat.
Hari itu saya bertolak pukul 6 pagi dari Jakarta. Saya singgah selama 50 menit di Ambon, lalu pindah ke pesawat jenis ATR. Pesawat kecil itu pun berhasil menginjak Kepulauan Kei pada 13:50 WIT.
Setibanya di Kei, saya bertemu dengan Auli, teman SMA Hanung yang merantau demi kariernya. Saya juga berkenalan dengan teman Auli yang merantau di Tanah Evav tersebut. Tanpa mereka, tidak akan ada perjalanan menuju Pulau Kei ini.
Tidak banyak yang kami lakukan pada hari pertama. Saya dan Hanung menghabiskan waktu dengan berkenalan dengan teman-teman Auli serta mencari pengganjal perut.
Biru Permata di Goa Hawang
Memasuki hari kedua, kami mengunjungi Goa Hawang di Desa Letvuan, 16 kilometer dari Langgur. Keindahan goa ini tidak akan saya lupakan. Warna biru yang dipancarkan dari airnya bagai permata tersembunyi. Goa ini juga dihiasi dengan stalaktit dan stalakmit berusia ratusan tahun. Sementara, airnya berasal dari tanah.
Kabarnya, orang yang berenang di goa ini akan awet muda dan enteng jodoh. Nggak mau rugi, saya tak mau melewatkan kesempatan ini. Lol.
Dok. Hanung WL |
Waktu terbaik untuk mengunjungi goa ini ialah pukul 13.00-14.00. Kenapa? Pada waktu tersebut, cahaya matahari akan masuk ke dalam goa. Tanpa sinar matahari langsung, air akan terasa dingin dan... lebih gelap tentunya.
Saya datang sekitar pukul 11 saat sinar matahari sayup-sayup menembus celah pohon dan mulut goa. Saat berenang, sesekali saya membayangkan hal mistis karena pandangan yang cukup gelap. Oh ya kabar lainnya, hawang memiliki arti 'arwah'. Masyarakat setempat percaya adanya arwah terkutuk dalam goa ini.
Seandainya tidak diburu waktu, ingin rasanya berlama-lama dalam goa ini. Misterius, tapi menawan di mata saya.
Selepas dari Goa Hawang, kami rehat sejenak di pantai terdekat, menanti kawan kami melaksanakan Solat Jumat. Oya, masyarakat Desa Letvuan sebagian besar memeluk agama Kristen. Jadi, sulit untuk menemukan masjid di daerah ini. Beruntungnya, kami masih menemukan satu masjid yang ditempuh sekitar 15 menit dengan menggunakan motor dari Goa Hawang.
Siang harinya, kami mengunjungi rumah makan sea food, yang saya lupa lokasi persisnya. Tak ketinggalan, kami memesan salah satu makanan khas Kei, yaitu embal. Embal terbuat dari singkong yang beracun, rasanya pun unik: tawar namun tetap nikmat di lidah saya. Ah, atau ini karena saya hobinya mengunyah?
Cara pembuatan dan bentuknya pun bermacam-macam. Ada yang dicetak, dijadikan bubuk, digoreng, dan lainnya. Untuk menyantapnya, bisa digado, dimakan dengan ikan kuah atau lainnya, bisa ditemani dengan teh.
Dok. Hanung WL |
Pasir Terlembut di Pantai Ngurbloat
Salah satu momen yang tidak boleh saya lewatkan ketika di pantai ialah menyaksikan matahari tenggelam. Kami mengunjungi Pantai Ngurbloat atau biasa disebut Pantai Pasir Panjang yang terletak di Tual. Ketika saya menginjakkan kaki di pantai ini, saya bersumpah bahwa pasir di pantai ini merupakan pasir terlembut yang saya rasakan. Seperti tepung!
Senja yang disajikan di pantai ini pun tak main-main, begitu sempurna. Saya menyaksikan senja di cakrawala tanpa batas. Sore itu terasa begitu sempurna buat saya.
Perjalanan yang telah kami lewati hari ini membuat saya semakin penasaran. Kami masih memiliki waktu selama empat hari ke depan untuk mengunjungi Pulau Bair, Bukit Masbait, Pantai Ohoidertawun, dan Morella Ambon.
Jadi, keindahan apa lagi yang akan ditawarkan Pulau Kei? Mengapa kamu bisa begitu menawan?
Jadi, keindahan apa lagi yang akan ditawarkan Pulau Kei? Mengapa kamu bisa begitu menawan?