12.25.2016

Racau Sambil Lalu


Ingin seperti batu karang
Yang tak patah arang
Tak habis juang
Di antara hempasan ombak yang menerjang

Tubuhnya telah tersayat puluhan sembilu
Ia tertatih memikul pilu
Berkawan kemuraman sedu
Tenggelam dalam biru

Namun, lara itu memang pantas
Untuk jiwa-jiwa yang ingin sintas
Meski dihantam angin keras
Tangguh melawan arus deras
.

12.13.2016

Berawal dari Tiga Puluh Lima Hari

Tulisan ini merupakan gambaran kegiatan saya selama bulan Juli hingga Agustus kemarin. Ya, agak terlambat memang, tetapi tidak ada salahnya untuk mengenang salah satu momen manis dalam hidup saya.

Tahun 2016 ini, saya menenggelamkan diri pada dua kegiatan, skripsi dan Kuliah Kerja Nyata (K2N). Saya memilih dan terpilih untuk menjadi panitia dalam K2N. Proses kepanitiaan tersebut bermula dari bulan Maret hingga akhir Oktober 2016. Dari keseluruhan rangkaian, momen istimewa bagi saya ialah menjadi Pendamping Lapangan (PL) untuk pertama kalinya. Kali ini, saya mendapatkan lokasi di Kampung Ciomas, Desa Sindangsari, Lebak, Banten.

Sungguh, pikiran saya rasanya campur aduk. Sudah tak berpengalaman, masih saja ditunjuk menjadi PL. Sejatinya, PL memiliki tugas untuk membimbing peserta, mengawasi tugas mereka, juga menjadi perantara antara peserta dan warga selama satu bulan. Bagaimana bisa? Terlebih lagi, saya tidak memiliki gambaran seperti apa itu PL :')

Tahun sebelumnya, saya merupakan salah satu peserta Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan yang tidak didampingi oleh siapapun. Saya semakin minder saat melihat kawan sesama PL yang pandai mengatur strategi bonding. Kegelisahan saya berlanjut ke dalam mimpi. Berbagai harap dan pinta saya panjatkan setiap malam.

Untungnya, saya tidak ditugaskan sendirian. Ada Kakak Rizal, S.Kom. yang senantiasa membantu dan menjadi pendengar yang baik. Meskipun pada awalnya banyak hambatan, akhirnya Kakak S.Kom cuti kerja dan ikut mendamping selama 35 hari.

Selama menjalankan K2N di Ciomas, berbagai peristiwa saya temui.

Awalnya, saya sangat pesimis dengan sepuluh kepala yang menjadi teman satu atap saya di Ciomas. Mereka seperti memiliki ego masing-masing, saling memendam rasa tidak suka pada teman lainnya. Tak kuasa melihat situasi tersebut, saya akhirnya meledak pada suatu malam. Berbagai kekalutan telah saya pendam berhari-hari. Lantas saya melukai teman dengan lidah sendiri. Pasalnya, banyak masalah program K2N yang menanti untuk diselesaikan, namun kami masih sibuk dengan ego masing-masing. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu kami saling memperbaiki diri. Lebih dari itu, masing-masing dari kami mulai menjaga dan menyemangati satu sama lain.

Sosialisasi Budaya Menabung untuk Siswa Sekolah Dasar
Bermacam permasalahan kami temukan selama melaksanakan K2N. Mulai dari minimnya sanitasi bersih, penyakit kulit yang menyerang balita, penanaman padi yang dekat dengan limbah air rumah tangga, kurangnya kesadaran remaja untuk melanjutkan sekolah menengah, pola pikir warga dalam jangka singkat, pelabelan warga sebagai penduduk tidak mampu, dan lain sebagainya. 

Sepuluh peserta K2N Ciomas, yaitu Aulia, Arif, Dian, Fathin, Gott, Pipit, Widya, Fira, Widi, dan Yosep, melakukan beberapa program kerja dalam empat bidang. Empat bidang yang diusung itu ialah kesehatan, pendidikan, ekonomi kreatif, dan lingkungan.

Pemeriksaan Kesehatan untuk Warga Ciomas
Berbagai karakter anak-anak Kampung Ciomas juga kami temukan. Mulai dari anak yang hobi memancing keributan, anak yang diam-diam berlaku manis, anak yang buang air sembarangan, anak yang antusias memungut sampah organik hingga memetik daun dari atas pohon, anak yang terpengaruh sinetron dewasa, dan masih banyak lainnya. Berbagai keunikan dalam Kampung Ciomas telah dihadapi oleh sepuluh peserta K2N ini. Tentunya, bukan jalan yang mulus dalam melewati proses itu. Berbagai konflik dari luar datang tak terelakkan. Pemadaman listrik yang tak terbilang jarang. Lalu, satu persatu dari kami mulai tumbang. Kakak S.Kom juga jatuh sakit. Tidak mau kalah, saya ikut terserang gejala tifus. 

Kami menjadi ringkih. 

Namun, berbagai peristiwa tersebut justru mempererat hubungan kami.

Pengecatan Tong Sampah

Ngagebot Padi (panen)
Hingga pada akhir kegiatan, saya menyadari bahwa banyak waktu, pikiran, dan tenaga yang telah disumbangkan oleh sepuluh peserta Ciomas untuk warga. Meskipun dihadang berbagai rintangan, mereka tetap mengerjakan tugas dengan sepenuh hati. Diam-diam, saya mulai menitikkan air mata. Saya memang salah satu orang yang mudah terharu. Melihat sepuluh anak ini bermain dengan anak-anak PAUD saja bisa membuat saya menangis. Membaca catatan harian yang dibuat oleh sepuluh anak ini juga sempat membuat saya terenyuh.


Pada akhirnya, saya dapat tersenyum melihat usaha yang telah dilakukan oleh sepuluh orang ini. Mereka telah mengajarkan saya banyak hal, pendewasaan diri, manajemen emosi, menghadapi kelemahan diri sendiri, dan berbagai hal yang tak terhitung jumlahnya. Saya pun menyadari bahwa saya belum bisa menjadi pendamping yang semestinya, banyak kekurangan di sana sini. Tapi saya bersyukur pernah terlibat dalam kegiatan ini bersama mereka. Kemudian, saya mulai berandai-andai bagaimana rasanya kembali pulang, merasakan rumah tanpa canda tawa mereka.

Saat kami pulang, berbagai buah tangan berdatangan. Mulai dari warga dewasa hingga anak-anak saling memberikan tanda mata untuk mengingatkan kampung kecil bernama Ciomas. Saya tidak akan melupakan manisnya anak-anak Ciomas dan keluarga Nek Ganah yang bersedia kami berantakkan rumahnya selama K2N. Saya akan mengenang indahnya taburan bintang di Ciomas pada malam hari.

Sebagian Kenangan Manis dari Anak-anak Ciomas
Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan di antara kami berduabelas? Semoga di sela-sela kesibukan, kami masih dapat bertegur sapa, membangun rencana-rencana yang seringnya berujung wacana :)